DI BALIK TIRAI RELIGIKU (puisi)

Ya Allah…
Kau telah menciptakanku dengan indah
Kau telah memberikanku kesempurnaan akal
Sehingga aku dapat melihat dan merasakan semua rahmat Mu
Serta karunia dari segala ciptaan Mu

Ya Allah...
Aku selalu bergetar jika mendengar nama Mu
Aku Takkan sanggup jika jauh dari Mu,
Karena itu menyengsarakan hatiku

Ya Allah...
Sering aku takut dengan azab Mu karena kelalaianku
Tapi entah kenapa aku sendiripun tak tahu
Kadang aku tergoda akan bujuk rayu nya
Yang menjauhkanku dari Mu

Ya Allah...
Setiap menjelang tidur ku selalu merasa takut
Takut tak punya waktu lagi untuk menyebutkan nama Mu
Apakah esok hari aku masih bisa mengagungkan nama Mu..

Puisi ke-1
Tangerang, 27 Februari 2001


Maha suci Allah...
Yang telah membuka hatiku untuk bertaubat
Serta bermunajat kepada Mu
Setiap langkah yang kujejakkan di bumi
Hanya untuk menuju kepada Mu
Ketika itu nafas pun dapat berpisah dari raga
Hanya dengan ijin dan kekuasaanMu...

Ketakutan akan dosaku selalu muncul...
Akankah akhir nafas berlalu dan berakhir
Dengan khusnul khotimah
Bayangan kehidupan setelah alam dunia
Selalu datang saat menjelang terlelap
Saat itu roh tak bersatu dengan raga
Saat itu jiwa melayang di bawah alam sadar
Apakah roh ini akan kembali....Atau
Bahkan tak bersatu lagi ‘tuk selamanya....
Atau bahkan singgah di tempat yang indah dan mempesonakan

Betapa Engkau Maha Agung...
Betapa Engkau Maha Mulia...
Yang mengetahui segala kejadian yang bakal terjadi
Allahu Akbar.....

Puisi ke-2
Tangerang, 16 Maret 2001


Saat ku ingat dirinya...
Tergambar semua bayangan bersamanya....
Apa yang terjadi pada kalbu ini
Sehingga aku menduakan cinta dan kasihku pada Mu
Terlalu banyak pengharapan
Akan merusak rajutan jiwa yang indah
Yang telah terjalin dalam kalbu
Keterbatasan ilmu telah mempersempit pandangan....
Hanya Sang Raja Ilmu
Yang tahu apa yang akan terjadi kemudian hari

Allahu Akbar....
Engkau Maha mengetahui....
Diri ini bisa mengenal dekat diri Mu bersamanya
Sekian lama kudambakan cinta Mu dan merindukan kasih Mu
Akhirnya kutemukan bersamanya...
Illahi Rabbi akan selalu kucinta
Walau dirinya hanya tinggal bayangan di mata
Dan hilang dari simpul hati....

Allah Maha pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat
Kupasrahkan dan keserahkan jiwa dan raga pada Mu
Diri ini terlalu hina untuk ke syurga Mu....Tapi
Ku sangat takut dengan neraka Mu
Ya Rabb.... Bimbinglah aku dengan segala cinta Mu....

Puisi ke-3
Tangerang, 2001



Sering terbayang kebahagiaan
Selalu terangkul bersamanya
Seseorang yang baik hati....
Dirimu bagai lautan yang api tak dapat kuselami sampai ke dasar hatimu
Kau sungguh bersahaja tapi begitu arogan...

Ucapanmu pedas tetapi penuh kebenaran
Kata-katamu menyakitkan tetapi obat kepedihan
Kau begitu tegar walau kadang menangis
Dirimu adalah imajinasiku....
Fikirmu adalah hatiku....
Sikapmu adalah figurku...
Dan senyummu adalah inspirasiku

Kebahagiaanmu merupakan dambaanku
Kesedihanmu merupakan airmataku
Takkan pernah terbersit di hati ‘tuk lari darimu
Semoga Allah selalu melindungi dan mencintaimu...
Dan semoga Allah mengampuni segala dosaku...


Puisi ke-4
Tangerang, 13 April 2001


Saat pertama jejakkan kaki padamu
Terbersit di dalam hati...
Hendak kemana dibawa diri ini...
Apakah tujuan langkah kaki ini...
Setiap langkah yang diiringi doa membawa berkah
Maka hidup yang bagaimana yang akan dijalani...
Alangkah indahnya hidup ini andai yang hidup tahu makna hidup

Melangkah ke tujuan yang baik akan selamat
Dan melangkah ke jalan yang ragu
Akan membawa petaka dan kesengsaraan
Tanyakanlah hati...
Apakah diri ini mahluk Allah yang berbakti
Serta temukanlah cahaya Nurani
Warna apakah yang akan terukir dalam hidup

Hati nurani takkan pernah berbohong
Takkan pernah keluar dari garis keimanan
Selama dia tetap terjaga


Puisi ke-5
Tangerang, Maret 2001



Di mata Illahi....
Kau sama halnya dengan yang lain
Begitu juga diri ini
Mengapa wujudmu selalu membayangi
Penyebab kesedihan dan kepedihan
Di hati yang gundah gulana...
Kau menjadi pengacau hati
Dan kau yang membuat galau hati
Tetapi kau jugalah yang menyejukkannya...

Kau membawa ke taman bunga keimanan
Sehingga bunga-bunga di hatipun tumbuh subur dan segar bersemi
Kau membawa ke alam pengharapan tanpa tahu kapan berakhir
Sehingga terlarut dalam lamunan yang semu...

Semoga diri yang manja dan mentah ini
Akan berubah dewasa dengan kematangan logika yang indah


Puisi ke-6
Tangerang, 16 maret 2001



Apakah yang ada dalam gelap...
Dengan sebenar-benar gelap...
Tak sebutir debupun mampu terlihat
Kala itu mata tak dapat berfungsi
Tetapi hati nurani tetap bisa meraba
Jika mata saat itu buta....
Jangan biarkan hati nurani membeku tak bergeming
Karena yang tahu arah kebenaran hanyalah dia

Terangilah dia dengan cahaya jiwa yang tulus
Yang selalu mendamba cinta-Nya
Dan menanti kasih-Nya

Puisi ke-7
Tangerang, 4 April 2001



Saat terpaku menyelamimu
Begitu terasa dekat dengan penciptamu
Betapa kau sangat tenang
Betapa banyak kau menyimpan rahasia
Tetapi dirimu tetap tak berbatas
Kau sangat bersahaja dan bersahabat
Tetapi kadangkala kaupun adalah bencana

Ketika malam datang bersama semilir angin
Yang menyentuh tubuh dan jiwaku
Akupun terpana dan terhanyut
Mengenangkan keindahan dan keangkuhanmu
Betapa Agung penciptamu...
Betapa Mulia keberadaanmu...
Betapa indah ciptaan Rabbku...

Puisi ke-8
Tangerang, April 2001
Setapak demi setapak
Kujejakkan kaki menyusurimu
Apa yang kucari...
Sehingga diri ini mau berpeluh keringat
Menelusurimu...

Setiap langkah selalu ku memuji Mu
Betapa besar kuasa Mu
Betapa agung diri Mu

Semakin jauh kuberjalan semakin penat diri ini
Tapi...Entah mengapa
Semakin terasa bahagia di hati ini
Maha Suci Allah yang telah membahagiakan hati

Semakin letih kaki ini, semakin ku merasakan
Betapa sempurna ciptaan dan karunia Mu
Saat terbentang anugerah Mu,
Yang begitu indah dan menakjubkan
Aku tenggelam dalam pesona Mu dengan doaku
Sungguh diri ini tak berarti apa-apa
Sungguh kepintaran yang kumiliki hanya fatamorgana

Betapa Engkau penentu segalanya
Hidup dan matiku Engkau yang atur
Sehat dan sakitku Engkau yang kehendaki
Allahu... Akbar... Hanyutkanlah aku
Dalam lautan keagungan Dan kebesaran Mu

Puisi ke-9
Cibodas, 15 April 2001



Ya Rabb...
Andai ku bisa menatap Mu
Pasti takkan sanggup ku memandang Mu
Andai ku dapat melihat takdirku
Tentu ku tak kuasa ku ‘tuk menitikkan airmata

Begitu malu ku menatap dan bersua dengan Mu
Karena ku takut dengan azab Mu
Begitu hinanya diriku dihadapan Mu
Begitu banyaknya dosa yang t’lah kutanamkan di taman Mu
Begitu banyaknya benih kufur yang t’lah ke tebarkan di persada Mu

Ya Rabb...
Aku memohon kepada Mu
Aku bermunajat kepada Mu
Sucikanlah hatiku agar tak hina di mata Mu
Berilah aku hidayah agar tak berpaling dari nikmat Mu
Bimbinglah aku agar selalu mencintai Mu
Maha Suci Engkau Ya Allah...
Yang maha mengetahui segala yang tak ku tahu

Puisi ke-10
Tangerang, April 2001



Kala kurasakan sejuknya percikkanmu
Terbayangku pada kejernihan hatimu
Saat kuberdiri memandangmu
Terbayangku pada keindahan dirimu
Dan ketika kuberjalan menghampirimu
Terasa begitu kecilnya diri ini dibandingkan denganmu

Kau begitu gagah tetapi terselubung misteri
Suaramu bergemuruh tetapi tampak bersahabat
Kau banyak menebar pesona tetapi tak mudah diraih
Semua kata akan terangkai indah jika berada di sisimu
Semua laku akan tersaji menawan jika bersama denganmu

Hanya kebahagiaanlah yang terajut indah di dalam kisi-kisi hati ini
Dan hanya cintalah yang terukir jelas dalam sendi-sendi tubuh ini
Seketika itu sadarlah diri dan jiwa ini...
Bahwa sungguh Allah Maha Agung...
Bahwa sungguh Allah Maha Perkasa... lagi Maha Indah...

Puisi ke-11
Cibodas, Mei 2001



Saat ku mengingatmu, kau pergi menjauh dariku
Saat ku akan meninggalkanmu, kau mendekatiku
Tetapi semua itu hanyalah sebuah fatamorgana
Aku sadar...Itu adalah suatu imajinasi semu sesaat
Karena selalu tak kutemukan jalan ‘tuk berpijak
Sehingga ku terbang melayang di dalam khayal
Mengikuti alur rasa yang tak bisa dimengerti logika

Aku tahu itu hanyalah hayalan dengan penuh pengharapan
Berharap sesuatu yang tak mungkin diraih
Dan akupun tahu itu hanyalah bayangan
yang sedang mencari persembunyian tuannya

Hanya kau yang tahu di mana bayangan itu
Dan hanya kaulah yang tahu di mana tempat persembunyiannya

Saat kau perlihatkan semua itu
Saat itu pula segala rasa hampa dan tanpa logika
lalu menghilang seketika
Walau hampa tetap selalu kunikmati rasa yang hilang itu
Dan ku takkan pernah bisa menolak jika rasa itu kembali

Puisi ke-12
Tangerang, 2002



Apa kabar sahabat...
Aku datang lagi padamu
Tetapi dengan membawa hati yang hampa
Karena manisnya telah hanyut
Bersama dengan hujan kemarin sore
T’lah kucoba ‘tuk mendapatkan manis yang abadi
Tetapi tak kutemukan di sini...

Semakin hari... semakin hilang simpatiku
Semakin hari... semakin memudar pesonamu
Tetapi tiada kata yang dapat menggambarkan hati
Dan tiada asa yang dapat mengakhiri kisah

Sahabat...
Kesedihanmu menggugurkan bunga-bunga di taman hati
Airmatamu menghancurkan karang-karang di lautan
Hilangnya dirimu dapat menggelapkan terangnya siang
Tegarnya hatimu seperti gunung-gunung di atas permadani hijau...

Sahabat...
Walau tak indah aku tetap mengagumimu
Walau hampa aku ingin selalu bersamamu
Biarpun aku hanya dinding yang bisu bagimu
Tetapi aku tetap menyayangimu
Dan semoga Allah selalu mencintaimu....

Puisi ke-13
Tangerang, Januari 2002


Ingin kumenjerit agar kau mendengarkan
Ingin kuteriak agar kau bergeming
Ingin kubisikkan kata agar kau tak berkhayal
Sehingga tak terbang dengan sayap-sayap yang rapuh...

Kau telah melukiskan kisah yang takkan terhapus
Kau telah merangkaikan kata yang takkan terputus
Dan aku hanyalah sebuah dinding bagimu
hanya bisa menyaksikan kisahmu dengan segala kebisuanku
Aku hanyalah sebuah pagar bagimu
hanya bisa membatasi ucapanmu dengan segala keheninganku

Kau dapatmeninggalkannya kapanpun kau ingin
Kau dapat mendatanginya kapanpun kau butuh
Kau dapat merengkuhnya kapanpun kau gundah
Dan kaupun bisa menghapus coretan yang t’lah tergores padanya
Kau juga bisa mencabutnya dengan segala kekuasaanmu

Dinding dan pagar mu tetap berdiri kokoh
Walaupun diterpa badai dan gempa
Karena kau telah wujudkan dia dari bahan yang kokoh
Kau telah warnai dia dengan lukisan yang indah
Dan kau telah ukir dia dengan liukan yang tajam
Hiasilah dia selalu dengan senyum dan cintamu
Agar dia tetap memancarkan pesona hatimu

Puisi ke-14
Tangerang, Januari 2002



Dulu aku tak mengenalmu...
Dulu aku tak tahu siapa dirimu
Hanya waktu dan nasiblah yang mengenalkan keberadaanmu
dalam kehidupanku

Sahabat...
Pernah ku goreskan luka di hatimu, kau tetap tersenyum
Pernah ku tumpahkan airmatamu, kau tetap bahagia
Pernah ku usik ketenanganmu, kau tetap bersahabat
Dan pernah ku meninggalkanmu dalam kesedihanmu, kau tetap bersahaja

Sahabat...
Tak terlintas di benak ‘tuk menyakitimu
Tak terbersit di hati ‘tuk meninggalkanmu
Dan tak pernah terlintas di fikir ‘tuk meninggalkanmu
Semua karena khilaf dan lupaku

Sahabat...
Bagiku kau adalah bunga yang indah
Bagiku kau adalah lautan yang luas
Dan kau adalah pelita yang menyala
Semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkahmu


Puisi ke-15
Tangerang, Februari 2005







Ketika malam menyelimuti langit yang kelam
Tampak gelap di setiap langkah dan jalan
Doapun tak henti berkumandang
agar hati tetap diterangi cahaya dan Cinta Mu

Pernah terbersit di hati ‘tuk menghilang dari peredaran Mu
Pernah terlintas di benak ‘tuk mengakhiri kisah
Tapi dengan cinta Mu bisa bertahan dan terus bertahan
Sampai saatnya nanti yang ditentukan tiba

Ooh...........
Betapa hampanya diri ini
Betapa letihnya jiwa ini
Betapa beratnya peluh yang mengalir dalam batin ini

Ya Rabb....................
Tak ada satu kuasapun yang dapat menolong
Tak ada satu bait katapun yang bisa menyejukkan hati
Serta tak ada setitik airpun yang sanggup menghilangkan dahaga
Juga tak ada seorangpun yang tulus menjawab semua firasat

Ya Rabb....................
Hanya Engkau yang dapat menolong kami
Hanya Engkau yang bisa membahagiakan hati kami
Dan hanya Engkau yang tulus menghapus kekhilafan kami

Wahai Rabb......
Cinta Mu selalu dalam pengharapanku
tapi sering pula terabaikan dalam ujubku
Nama dan sifat Mu selalu dalam penghayatanku
tapi sering pula terlupaku dan jauh dari Mu

Ya Rabb............
Semoga dalam sisa usia ini
selalu cinta pada Mu serta kekasih Mu
Semoga dalam setiap kata-kata ini
selalu Indah dengan bunga-bunga dzikrullah
dan Semoga selalu dalam keberkahan di dunia dan akhirat

Allahu Akbar.............Kau sungguh maha Pengampun
Subhanallahu............ Kau sungguh maha Penyayang

Ya Allah........Bimbinglah diri ini dalam ridho Mu...
Akhirilah kisah hidup ini dalam khusnul khotimah......
Amin........ Ya Rabbal ‘alamin......

Puisi ke – 16
Tangerang, September 2005



Saat terbujurku di pembaringan
tak dapat ku ‘tuk merengkuh indahnya duniaku
Saat penat tubuh menari-nari di jaringan syarafku
tak sanggup ku ‘tuk bercengkrama dengan alamku

Ooh.........
Betapa bahagia saat diri dapat tertawa
Betapa gembira saat jiwa terbuai canda
Tapi.... Yang terasa kini tak seperti yang diharap
Inilah takdir yang tak dapat ditolak
Inilah Cinta-Mu yang harus disambut dengan dzikir
Dan inilah Sayang-Mu yang disyukuri dengan tawaddu’

Ya Rabb...........
Terima kasih Kau telah menyayangi diri ini
Terima kasih Kau telah mengingatkan jiwa ini
Dan terima kasih atas karunia yang Kau berikan
Pada hamba-Mu yang tak berdaya dan hina ini....

Ya Rabb..........
Akan kuagungkan semua Cinta-Mu
Akan kuselami semua Karunia-Mu
Dan akan kusyukuri semua nikmat-Mu Ya Rabb.....

Ya Rabb.........
Panjangkanlah usiaku seiring dengan Rahmat-Mu
Muliakanlah hidupku senafas dengan Hidayah-Mu
Serta Cintailah jiwaku selaras dengan Karunia-Mu

Puisi ke – 17
Tangerang, 6 Desember 2005



Wahai kau yang di pojok sana.....
Kutahu apa yang kau harapkan
Kutahu apa yang kau dambakan
Dan akupun tahu kau tak berharap hidup
dan dilahirkan dalam duniamu kini

Tapi...itulah takdirmu
Itulah wujud kehidupan yang harus kau rengkuh
Jangan kau sesali semua itu
Jangan kau ingkari apa yang sudah digariskan

Sobat......
Setiap kata yang kau ucapkan penuh haru
Setiap lagu yang kau nyanyikan penuh rintihan
Dan setiap laku yang kau perankan penuh kesedihan

Sobat......
Kau takkan bisa merubah duniamu dengan
keterbatasan akalmu
Kau takkan bisa mengganti wajahmu dengan
keterbelakangan ilmumu

Sobatku di ujung jalan.....
Kau tak bisa kusentuh tetapi kau begitu menyentuhku
Kau jauh dari penglihatanku tetapi kau ada di depan mataku

Aku ingin kau bahagia tanpa dirundung kesedihan
Aku ingin kau tertawa dengan pancaran cahaya syurgamu
Dan aku ingin kau mulia dengan segala keterbatasanmu

Wahai Rabb Penguasa Hati......
Peliharalah mereka dengan segala cinta Mu
Sayangilah mereka walau kadangkala menghindar
Muliakanlah mereka walau seringkali lalai
Karuniakanlah mereka nikmat dan hidayah Mu
Walau mereka acapkali lupa

Rabb.....bahagiakanlah bagi hati-hati yang teraniaya...

Puisi ke – 18
Tangerang, Nopember 2005



Tuhan.......
Aku tak pernah menyangsikan Kasih Mu
Aku tak pernah meragukan Sayang Mu
Akupun tak pernah mengingkari takdir Mu
Tapi mengapa Tuhan.....?
Apa yang terjadi pada diri dan jiwa ini
Mengapa gundah selalu menghampiriku
Mengapa gelisah selalu menemaniku
Tuhan...... Berikanlah jawaban Mu
Aku mohon Tuhan....... Tunjukkanlah......

Puisi ke – 19
Tangerang, Nopember 2005



Tuhan.......
Jangan biarkan aku larut dalam dukaku
Jangan biarkan aku tenggelam dalam lamunan semuku
Jangan diamkan aku terlena dalam khilafku
Dan jangan biarkan tetesan airmataku menggenang kemerah-merahan

Tuhan......
Dengarkanlah rintihan doaku, agar selalu dalam rahmat Mu
Hapuskanlah airmataku, agar tak ada lagi
kesedihan yang mencengkramku
Redamkanlah amarah dan dendamku, agar terpancar cerah
cahaya hati nuraniku
Serta tenangkanlah gemuruh yang menggebu di dadaku
Sehingga aku dapat membaca isyarat Mu

Tuhan......
Kau begitu Agung dan Mulia
Hanya Kau yang yang dapat membolak-balikkan hatiku
Hanya Kau yang berkuasa atas hidupku
Dan...Hanya Kau yang pantas aku cintai
Tapi......Kenapa ada cinta lain bersemayam dihatiku.....?
Tuhan maafkan aku tlah membagi cintaku...

Puisi ke – 20
Tangerang, 21 Desember 2005



Kau begitu kunantikan
Kau yang selalu kurindukan
Tetapi kau tlah menghilang tanpa jejak
Dan kaupun lenyap bagaikan diselimuti kabut

Aku tak pernah tahu isi hatimu
Aku tak pernah mengerti maksud dari perhatianmu
Dan akupun tak pernah membalas senyummu
Sampai akhir perjumpaanmu

Sahabat hatiku......
Kini kau mengisi sebagian dalam mimpiku
Bayangmu selalu menari-nari dalam benakku
Andai karma itu ada dalam kehidupanku
Maka itulah yang kini keperankan

Tuhan.........
Biarkan dia menjadi kenangan bagiku
Aku tak berharap dia hadir dalam kehidupanku
Tapi hidupkanlah dia dalam wujud sahabatku yang lain
Sebagai pengganti dia yang tlah hilang

Tuhan........
Sayangilah orang-orang yang tlah mencintaiku
Cintailah mereka yang tlah mengisi relung hatiku
Serta bahagiakanlah mereka yang hatinya dipenuhi dengan cinta
Dan lindungilah mereka selalu dalam Rahmat Mu

Puisi ke – 21
Tangerang, 21 Desember 2005



Bunda..........
Itulah panggilan yang pantas kau sandang
Itulah cahaya yang selalu terpancar di matamu
Takkan pernah lepas sayangku terhadapmu
Takkan pernah terbayang bahagiaku jika kau tiada

Bunda...........
Ku tahu begitu banyak derita yang kau dera,
Demi aku yang ingin air susumu
Begitu banyak luka tlah tergores dihatimu,
Hanya untuk memberikan aku sesuap nasi
Sungguh banyak airmata yang tlah tertumpahkan,
Karena aku yang ingin kau selamatkan dari nista
Dan begitu besar pegorbanan yang tlah kau hadirkan,
Dalam menanti aku tumbuh dewasa

Bunda..........
Aku pernah meninggalkanmu dalam kesendirian
Aku pernah menjauhkanmu dari kasih sayangku
Dan akupun pernah mengabaikan nasehatmu dari hidupku
Sehingga membuat genangan airmata dikelopak matamu
Begitu hinanya aku di matamu tapi kau tetap memelukku
Begitu kotornya aku di sela kehidupanmu tapi kau tetap menciumku

Ooh bunda..........
Hatimu bagaikan permata di mataku
Wujudmu bagaikan bidadari dalam kehidupanku
Senyummu bagaikan air yang menyejukkan dahagaku
Dan nasehatmu bagaikan bunga dalam taman hatiku

Bunda..........
Ijinkan aku bersimpuh di kakimu,
Agar terhapus setitik luka di hatimu
Biarkan aku larut dalam rangkulan pelukmu,
Agar terobati sekuntum derita yang tlah kau simpan
Dan berilah aku waktu untuk mencium syurgaku,
Agar setiap titik bahagiamu dapat ku rasakan

Bunda..........
Kau adalah mutiara hatiku
Kau adalah pelita dalam perjalanan hidupku
Kau adalah bunga dalam jiwaku
Semoga Allah menyayangimu sebagaimana kau mencintaiku
Dan semoga khusnul khotimah di akhir hayatmu....
Amien..............

Puisi ke – 22
Tangerang, 22 Desember 2005



Sahabat..................
Dulu aku tak mengenalmu...
Dulu aku tak tahu siapa dirimu
Hanya waktulah yang mengenalkanmu
Dalam perjalanan hidupku

Sahabat..................
Kau adalah bunga yang indah
Kau adalah lautan yang luas
Dan kau adalah pelita yang menyala
Dalam marahmu kutahu ada sayangmu
Di balik kata-kata pedasmu kutahu ada perhatianmu

Sahabat...............
Senyummu bagai air menyejukkan dahaga
Kebaikanmu dapat menumbuhkan bunga-bunga yang layu
Semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkahmu....
Dan semoga Allah selalu mencintai dan menyayangimu.....
Amien..............

Puisi ke – 23
Tangerang, 17 Januari 2006



Waktu berlalu tak pernah akan berhenti
Dan kematianpun akan semakin mendekati
Bagaikan air mengalir menuju muaranya..

Dalam sekejap terhiasilah hati pada nuansa ukhrawi
yang mewarnai jiwa dan raga

Kekosongan hati adalah santapan bagi sang durjana
yang siap menyeret ke lembah curam lagi terjal
Kelemahan iman adalah selimut bagi sang pendosa
yang tiada pernah takut pada kematian

Siapkah diri yang menjalani hidup...?
Bagaimanakah takdir yang menggores pada diri...?

Rabb...
Terangilah jalan hidup ini, agar tak nampak gelap dalam jiwa
Luaskanlah ilmu dan fikir ini, agar tak terpedaya sang penggoda
Lapangkanlah dada ini, agar tak kotor hati dan darah
Dan kokohkanlah iman ini, agar selalu dapat berjumpa dengan Mu

Puisi ke-24
Tangerang, 13 Desember 2006



Aku punya Jiwa dan jiwa punya aku....
Aku tak pernah kesepian karena jiwa selalu bersamaku
Aku tak pernah bersedih karena jiwa selalu menghiburku

Saat aku jatuh Jiwa yang menolongku
Ketika aku jenuh Jiwa yang memperhatikanku
Dan sewaktu aku menangispun Jiwa yang menghiburku

Jiwa....
Kau lah teman sejatiku
Kau lah cahaya hatiku
Dan kaulah Mahkota kehidupanku
Jika kau tiada maka musnahlah diriku

Jiwa....
Kau mengajariku mengenal Asma Tuhanku
Kau melantunkan irama Rabbani pada Ruhku
Dan pasti kau akan berdalil di hari pembalasanku nanti

Rabb....
Bahagiakan lah Jiwa untukku seutuhnya
Cintailah Jiwa hatiku selamanya
Dan Bimbinglah Jiwa hidupku ke jalan Mu
Amin Ya Allah..
Ya Rabbal alamin....

Puisi ke-25
Tangerang, 14 Desember 2006




Saat badai tiba-tiba datang menerpa.....
seketika itupun nafasku terhenti
seakan lepas ruh dari raga
Aliran darah tersumbat di simpul nadi
seakan tak ingin mengalir kembali
Dan jiwapun ikut terbang melayang
Seakan tak hendak berjumpa dengan diri...

Tubuh lunglai, kaku tak bergeming ada di hadapanku
Terbaring membujur kearah Kiblat
Diam membisu tak menguntai kata
Hanya suara merdu KalamMu dari sang pendatang yang menggema

Yaa Rabb.....
Tak sanggupku melihat tubuh itu
Tak hendak aku berpisah dari tubuh itu
Tak kuasa aku dengan kebisuan tubuh itu

Yaa Rabb....
Andai aku boleh memohon, hidupkan tubuh kaku itu
Agar aku bisa merengkuhnya dengan hangat tubuhku
Dan andai aku boleh mengigau,akupun ingin seperti itu
Agar tak kurasa sekaratku dalam nyata

Yaa Rabb.....
Ampunilah diri yang lemah ini...
Semua adalah kuasa Mu yang ku junjung tinggi
Semua adalah Taqdir Mu yang ku ikhlaskan
Andai waktu dapat ditunda banyak cinta pasti didapat
Cinta tak sempurna dari sang pemikir yang tak berpikir

Rabb.......
Bimbinglah hati dan jiwa ini yang sempat hilang tak bertuan
Cintailah diri ini yang sempat kehilangan nyawa cinta Mu
Jernihkanlah akal ini yang sempat berpikir melebihi batas pikirku

Rabb.......
Terima kasih atas nafas yang telah Kau hembuskan
Terima kasih atas akal yang telah Kau sempurnakan
Terima kasih atas nikmat yang telah Kau karuniakan
Semoga Khusnul Khotimah dalam sisa perjalanan ini
Amiiin....

Puisi ke – 26
Tangerang, Mei 2007



Kuambil air yang suci dari tempat suci
Kubasuh mukaku yang penuh debu dan sedu
Kuberdiri menghadap kiblat ‘tuk berjumpa dengan Tuhanku
Kuangkat tanganku ‘tuk takbir mengagungkan nama Mu
Lalu tersungkurku bersujud ‘tuk menghiba kepada Mu
Dan kuangkat kedua tanganku ‘tuk memohon ridho dari Mu

Sungguh bahagia karena aku mengenalMu
Sungguh bahagia ketika aku menjumpaiMu

Semoga hanya Kau dalam jiwaku
Hanya Kau dalam hatiku
Dan hanya Kau dalam pikirku
Sampai akhir hayatku nanti
Amin Yaa Rabbal alamin...

Puisi ke – 27
Tangerang, Agustus 2007



Sahabat.......
Kau begitu cerdas dalam penglihatanku
Kau begitu ceria dalam alam sadarku
Dan kaupun begitu mulia dalam mata hatiku

Dalam wajahmu terpancar cahaya hatimu
Dalam langkahmu tergambar pesonamu
Dan dalam senyummu tersirat ketulusanmu

Semangatmu menumbuhkan inspirasiku
Ilmumu menyejukkan nuansa akalku
Dan penampilanmu menghiasi alam pikiranku

Yaa Rabb......
Sungguh indah hasil karya Mu
Sungguh sempurna ciptaan Mu

Sahabat.....
Semoga kau tetap tegar dalam setiap langkahmu
Selalu bahagia dalam perjalanan hidupmu
Selalu di ridhoi Allah dalam setiap kata-katamu
Dan selalu dihiasi bunga-bunga indah
dalam taman hatimu yang dirajut sutra

Yaa Rabb....
Bahagiakanlah mereka yang berhati mulia
Cintailah mereka yang selalu di jalan Mu
Lindungilah mereka yang mencintai jihad Mu
Karuniakanlah mereka ilmu yang bermanfaat
Dan Khusnul khotimah di akhir hayatnya..
Amien.............
Puisi ke – 28
Tangerang, 20 Januari 2008



Derai tawaku menyiratkan sedihku
Debar jantungku menandakan galauku

Detik demi detik kutebar senyumku
Tapi tak menumbuhkan bunga di taman hatiku
Waktu demi waktu kutebar pesonaku
Tapi tak meruntuhkan marah dan aroganku

Ku temukan cinta yang semu
dari seorang manusia yang semu
Ku rasakan sayang dalam fatamorgana
dari seorang hamba yang fatamorgana

Begitu ingin ku menjadi ombak yang lembut
Yang selalu bergulung dan saling berkejaran
Begitu ingin ku menjadi burung yang cantik
Yang selalu berkicau dan saling menyapa

Rabb........
Kunantikan selalu cinta Mu untukku
Kurindukan selalu sayang Mu untukku
Kurasakan selalu nikmat Mu untukku
Dan kupasrahkan hidupku hanyalah untuk Mu

Puisi ke – 29
Tangerang, 21 Januari 2008